Sampai detik ini, Aku tetap melihat manusia memiliki sifat posesif. Posesif terhadap cinta, harta dan tahta. Banyak manusia yang berusaha mengejar dan mempertahankan sesuatu agar semua tetap berporos kearahnya. Agar sesuatu tersebut tidak hilang dan selalu ada disisinya. Manusia selalu berpikir bahwa ia tetap bisa mengontrol semuanya, agar ia tidak ditinggalkan, sendirian.
Manusia selalu ingin mencari dan menggenggam. Tanpa pernah belajar bagaimana cara melepaskan dengan benar.
Jika manusia merasa ditinggalkan, Ia akan meraung. Marah, kecewa dan sedih bercampur jadi satu.
Manusia seringkali lupa, bahwa yang selama ini ia impikan, ia kejar dan ia pertahankan adalah sebuah titipan. Uang yang selama ini ia dapatkan dari bekerja, anak yang dirawat dengan baik, pasangan yang dicintai, pakaian-pakaian yang tergantung di dalam lemari serta hal-hal lainnya. Bahkan untuk merasa posesif terhadap diri sendiri pun bukan sikap yang bijak, karena raga ini pun kenyataannya hanyalah sebuah titipan.
Selayaknya sebuah titipan, apa yang datang haruslah dikembalikan kepada sang Maha Pemilik segala sesuatu dan sudah pasti apapun yang Allah titipkan kepada manusia pasti ada pertanggungjawabannya.
Jadi, untuk apa manusia terlalu posesif terhadap apa yang Ia milikki seolah semua itu akan menjadi milik selamanya?
“Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehandaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” [al-Baqarah : 284]
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [al-Israa : 36]
[…] Hal ini mirip dengan tulisan yang pernah Aku buat satu tahun yang lalu, kalo mau baca klik disini […]
LikeLike